Gus Mik Tutup Usia Selama Sakit Gunakan Nama Eddy Yuwono Surabaya, JP

SEMAAN MANTAP JABODETABEK

Ditulis Kembali Oleh : Wylldy. F. S

11/7/20244 min read

Gus Mik Tutup Usia
Selama Sakit Gunakan Nama Eddy Yuwono
Surabaya, JP

Setelah dirawat secara intensif selama sekitar dua bulan, Gus Mik- panggilan akrab tokoh semaan Alquran Kiai Chamim Gus Mik Jazuli meninggal dunia di RS Budi Mulya, Surabaya, tadi malam (sekitar pukul 19.40). Gus Mik selama ini mengidap penyakit kanker paru-paru dan ginjal yang sudah akut. Innalillahi wa inna üaihi rajiun.

Sesaat sebelum meninggal, Gus Mik sempat salat dengan duduk. "Setelah salat, Gus Mik tidak memberikan pesan-pesan apa pun sampai dipanggil ke hadirat-Nya. Usai salat, Gus Mik tak henti-hentinya memanjatkan doa," kata Faida, seorang perawat jaga RS Budi Mulya.

Catatan kesehatan Gus Mik hari terakhir menyebutkan, ke marin pagi, kondisi Gus Mik tiba-tiba membaik. Sebelumnya Gus Mik hanya bisa berbaring. Gus Mik minta diantar berwudlu (bersuci dari hadats kecil). Setelah itu Gus Mik melaksanakan salat dengan posisi sempurna (berdiri).

Tekanan darah Gus Mik saat itu normal. Gus Mik kabarnya juga masih sempat ngobrol-ngobrol dengan para perawat dan Gus Tajud. Bahkan, para perawat yang jaga dipanggil Gus Mik dan diberi wejangan. Dua jam sebelum menghembuskan nafas terakhir, tekanan darahnya menurun hingga menjadi 60. Setelah menunaikan salat dengan duduk, Gus Mik terus menerus berdoa dan tidak memberi nasihat lagi kepada siapa pun sampai ajal menjemput pukul 19.40.

Gus Mik yang juga dikenal sebagai kiai nyentrik dan punya banyak pengikut di kalangan santri, seniman, budayawan, dan juga artis itu, sebenarnya sudah beberapa tahun lalu mengidap penyakit itu. Namun, meski banyak santri dan orang dekatnya yang berupaya membujuk dia memeriksakan kesehatannya ke dokter, Gus Mik tidak menggubrisnya.

Baru setelah "dipaksa" dan "dibujuk" beberapa orang dekatnya, Gus Mik akhirnya mau juga ke rumah sakit. Dokter Tommy Sunartomo (ahli anestesi RSUD Dr. Soetomo), adalah satu santri dekatnya yang ikut "membujuk" Gus Mik. Dan, dia pulalah yang secara khusus merawat Gus Mik, sebelum "resmi" masuk rumah sakit pada 28 April lalu.

Sampai sekitar pukul 22.00 tadi malam, jenazah kiai yang sangat populer itu dibaringkan di kamar 409 RS Budi Mulia. Sementara beberapa santri putra dan putri membacakan tahlil sambil duduk di lantai di ruang itu. Pukul 22.00 WIB jenazah diberangkatkan menuju Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, dengan diangkut ambulans. Pagi ini sekitar pukul 10.00 jenazah akan dimakamkan di pemakaman khusus para wali di Tambak, Kediri.

Selama dirawat di rumah sakit, Gus Mik hanya boleh ditunggui empat orang secara bergantian. Mereka adalah Gus Tajuddin Heru Cokro (putra pertama Gus Mik), HM. Slamet SH, KH Agus Ali Muhammad, dan Babah Moetarjogo.

Menurut Slamet yang ditunjuk sebagai juru bicara keluarga almarhum, Gus Mik sengaja merahasiakan dirinya. Ini dimaksudkan agar tidak banyak orang yang tahu tentang dirinya yang sedang dirawat di rumah sakit. "Gus Mik selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin merepotkan dan menyusahkan orang lain. Karena itu, beliau tidak pemah mengeluhkan sakit yang dideritanya," ujar Slamet kepada Jawa Pos tadi malam.

Empat orang yang dipercaya untuk menjaga Gus Mik secara bergantian terse but lalu mencari akal untuk merahasiakan dimana Gus Mik berada, Caranya, mereka tidak mendaftarkan nama GusMik kepada petugas di rumah sakit, melainkan menggunakan nama Eddy Yuwano.

Penyamaran nama tersebut bukan atas permintaan Gus Mik, melain kan inisiatif empat orang itu agar masyarakat tidak tahu siapa sesungguhnya yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut. "Gus Mik hanya minta agar kami merahasiakan dirinya. Kemudian, kami menggunakan nama Eddy Yuwono itu," jelas Slamet, yang juga dikenal sebagai pengacara itu.

Dua minggu dirawat di rumah sakit, jelas Slamet, Gus Mik dipindahkan ke Hotel Ramayana. Dia merasa jenuh di rumah sakit terus, sehingga minta dipindahkan ke Hotel Ramayana. Selama dua minggu di hotel tersebut sakitnya bertambah parah. Akhirnya dia kembali lagi ke rumah sakit.

Sejak dua minggu terakhir ini, Gus Mik tidak bisa bangkit dari ranjangnya. Jika mau bangun, terpaksa dipapah, Dan, jika ingin ke kamar kecil, terpaksa dibopong oleh perawat dan orang-orang dekat yang menjaganya.

Kondisi kesehatan Gus Mik terus menurun sejak dirawat di rumah sakit. HB-nya terendah pemah mencapai 5,9. Infus yung diberikan dokter kurang mampu menopangnya. Tetapi, kondisi fisik beliau luar biasa. Saya sangat kagum. Saya menduga, seandainya orang lain yang menderita penyakit seperti itu dengan kondisi HB hanya 5,9, maka orang itu sudah lama meninggal. Tetapi, Gus Mik begitu mampu bertahan dalam kondisi seperti itu," kata Slamet.

Yang lebih mengherankan lagi, dalam kondisi demikian Gus Mik tetap bisa berkomunikasi dengan mereka secara baik. Ingatannya juga tetap utuh. Pesan-pesan khusus yang disampaikan kepada beberapa santrinya juga bisa didengar secara jelas. "Pesan khususnya, antara lain semaan Alquran harus tetap dipertahankan," tambah Babah. Menurut Slamet, selama terbaring di rumah sakit, Gus Mik tidak pernah mengeluhkan sakit yang dideritanya. Setiap saat dia hanya mengucapkan kalimat tahlil Laa ilaaha illallahu dan alhamdulillah. Slamet menggambarkan begitu tabahnya Gus Mik menjalani hidupnya selama ini. Gus Mik meninggalkan seorang istri, Ny Lilik Suyati. Dari pernikahan tersebut dia dikaruniai enam anak, antara lain Tajuddin Heru Cokro, Sabut Panotoprujo, dan Robert Saifunnawas, dan Dewo, Gus Mik adalah putra nomor dua dari lima bersaudara laki-laki, KH. Zainuddin (pengrisuh Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri, kemudian Gus Mik, KH. Fuad Munim, KH. Nurul Huda, dan KH. Munif

Djazuli Jenazah Gus Mik pukul 00.40 Wib tadi malam tiba di Kediri dan disambut hujan tangis para santri dan keluarga Pondok Al Falah, Kediri. Jenazah kemudian disemayamkan di masjid pondok. Berita kematian itu sendiri diterima kakak kandung almarhum Gus Din pukul 20.00 WIB dari Surabaya setelah melakukan kontak keempat dengan adik Gus Din di Surabaya. Begitu kabar duka diterima, langsung diumumkan lewat pengeras suara yang ada di pondok itu. Para santri langsung berkumpul di mesjid dan mengadakan tahlilan.

Menurut Gus Din, sesuai musyawarah keluarga rencana pemakaman almarhum hari ini di Makam Aulia Tambak. Tadi malam sekitar pukul 21.00 liang lahat untuk Gus Mik sudah digali. Letak makamnya bersebelahan dengan almarhum KH. Anis Ibrahim dan KH. Achmad Siddiq.

(ml/dh/sho/ed/hin/zh/jto)